Helm Bekas

Seharusnya aku tidak memulainya. Melihat bulan yang ditemani kerlipan bintang-bintang dilangit gelap kebiru-biruan bersama kamu. Ya seharusnya aku tidak melakukannya denganmu ataupun daengan orang lain, seharusnya aku sendiri, sendiri menjalani semuanya. Mungkin sendiri bisa membuat pikiran ini bebas tanpa beban, tidak perlu memikirkan tentang perasaan ini. Perasaan yang hanya membuat aku terpuruk dan terdiam dikeheningan malam, atau bahkan menikmati kerasnya malam. Aku pikir malam itu akan menjadi malam yang menyenangkan ketika aku ingat, tapi ternyata salah, malam itu malah menjadi malam yang kelam bagaikan malam
tanpa bintang dan rembulan.

Semuanya sakit ini dimulai ketika aku tau bawa kamu telah berubah, merubah arah jalanmu yang semakin meninggalkan aku dan mendekati dia. Ya dia, dia yang baru, yang mungkin lebih sempurna dimatamu dari pada aku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan aku tidak bisa mempertanyakan tentang semua ini, mempertanyakan kenapa kamu merubah arah meninggalkan aku? Aku tidak bisa mempertanyakan itu karena kita hanyalah teman. Aku tau itu semua kesalahan aku, kesalahan kenapa aku tidak mengungkapkan semua perasaan ini kepadamu. Tapi sebenarnya, aku ingin mengungkapkannya, aku hanya menunggu waktu yang tepat. Menurut aku waktu itu sangat penting, karena itu semua akan menjadi sejarah dalam hidupku.  

Kenapa kamu tidak bisa menunggu sebentar lagi? Kenapa kamu begitu cepat meninggalkan aku demi dia? Kenapa rasa sakit ini harus aku rasakan?. Ya tapi itu semua sudah terlambat tidak ada gunanya aku meratapi semua ini. Sekarang dia telah meninggalkan aku dan pergi dengan orang lain. Aku hanyalah seperti helm bekas yang telah ditinggalkan oleh sang pemilik ketika dia sudah memiliki yang baru.